Kenalan Dengan Si Kuning, Yamaha 125Z…

Dalam kunjungan saya ke Pacitan… (wedehhh, kunjungan kayak presiden aja) Salah satu agenda saya adalah untuk liat barang (barangnya siapa?) Tepatnya adalah seekor bebek sexy dari Yamaha yang bikin saya ngece-ngeces yang penjualnya berdomisili di Pacitan, niat banget ya, lihat motor nyampe Pacitan. Emang bebek apaan kok bisa sampai segitunya terngimpi-ngimpi?


Yamaha 125Z yang sempat muncul dalam periode cukup singkat di Indonesia, yaitu sekitar tahun 2001-2002. Motor yang berasal dari Negeri Jingan, eh, Jiran ini cukup mencuri perhatian di kala itu, namun karena harganya yang sangat tinggi di kala itu, hanya orang-orang tertentu saja yang beli motor ini. Termasuk motor yang mau saya lihat ini, dimana pemiliknya adalah puta dari juragan Bus Aneka Jaya Pacitan-Solo 😯

Begitu lihat wujudnya yang diparkir di depan sebuah toko bangunan, saya langsung terkesima seperti melihat bidadari saja. Hmmmm, sexy bener nih motor, warnanya kuning pula, mengingatkanku pada tungganganku dulu, Raider 125 :cry:. Bodi sampingnya terdapat garis-garis yang mirip sebuah insang hiu. Bagi saya, Yamaha 125Z lah Hiu sebenarnya, tapi seringnya motor yang dijuluki hiu adalah New Satria RU Aggressive. Garis desainnya pun antara 125Z dan Satria Hiu hampir mirip-mirip, dulu sempat mengira Satria Hiu yang lewat itu adalah 125Z.

Saat duduk di atasnya ergonomi khas bebek terasa banget, tegak namun tidak terlalu tinggi, maklum semi-sport. Di panelnya terdapat speedometer, tacometer, indikator BBM dan panel-panel lampu, seperti indikator oli samping, sein, netral, top. Coba menghidupkan mesin dengan kick starter, drenggg, merdu suaranya khas 2-langkah, hampir mirip dengan touch yang saya test ride sebelumnya. Masukin gigi satu, turun ke jalan, wuihhhhh, mantappp, sayangnya pas nambah gigi kok agan nahan akselerasinya seperti slip kopling. Kemudian nyoba penghenti lajunya, cukup pakem mengingat 125Z yang saya coba sudah doganti dengan cakram lebar variasi.

Kesimpulan yang saya dapet dari tes ini adalah nih motor sebenarnya kenceng, tapi sayang kampas kopling tampaknya sudah aus dan perlu diganti, serta karbu perlu disetting lagi. Dari 6 gigi yang ada, saya baru make gigi ketiga karena jalanan cukup rame, tapi sudah terasa powernya. Handling agaknya saya perlu penyesuaian karena terbiasa dengan riding nunduk ala ayam jago yang posisi setangnya lebih “membumi”.

Jadi gimana? Tunggu saja deh artikel berikutnya, yang penting kenalan dulu sama Si Kuning (bukan si kuningnya kilaubiru lho!)